Maaf Muhammad

Entah telah berapa Maulid yang kulewatkan. Mungkin hanya satu dua yang berkesan. Kesan yang mungkin jauh dari substansi kesyukuran akan eksistensimu Muhammad.

Kesan yang lebih kental misi mendapatkan bambu berhias kertas warna warni. Yang sebenarnya bukan itu intinya, tapi sebiji telur yang tergantung di ujungnya.

Kenangan itu, saat kami yang anak-anak tak hentinya memandangi batang pisang di dalam masjid. Tak sabar menunggu acara doa selesai. Saat tiba masa dimana semuanya larut berebut sajian yang ditancap rapi.

Hingga kemarin, Maulid bagiku tak lebih dari itu. Sedikit pelengkap pada argumen kosong tentang hari kelahiran nabi terbesar sepanjang sejarah. Cukup sampai disitu.

Di kemudian hari, saat entah roh dari mana menyusupi. Saat keilmuan serasa begitu nikmat. Ketika rasanya waktu terhenti untuk selamanya saat sedang mendiskusikan sesuatu.

Tiba-tiba bid’ah terbersit. Tentang stigma moderat dan sejumlah dalil yang tak hentinya dikupas. Perlahan ingin meruntuhkan kebahagiaan satu-satunya yang kupunya tentangmu Muhammad.

Tentang telur dan ketaksabaranku hendak mendapatkan yang paling banyak. Tentang dada membusung ku ketika menjadi peserta dengan raihan telur tertinggi.

Aku berontak tentunya. Itu harta ku satu-satunya yang kudapat dari kesan dirimu dulu. Apalagi yang tersisa? Jika kebahagiaanku itu harus diruntuhkan dengan bom bid’ah. Aku tak terima.

Baca lebih lanjut

By Jumardin Akas

pecinta

Era kumuh dupa telah lekang. Kini mereka menyamar di sudut warung kopi.

Pecinta tak lagi bersembunyi di balik batu. Cinta, kini mereka sembunyikan di balik rimba beton masa ini.

Lafaz memuja tak lagi berdengung seisi kampung. Kini zikir mereka menyatu dalam hiruk pikuk pemuja berhala.

Sungguh kehidupan ini bagimu senda gurau belaka (An Am:32). Sesuatu dalam dirimu jauh lebih utama dari materi.

Warkop Sami, Topaz Makassar
20 Januari 2014

By Jumardin Akas

Pengangkatan Diri

Tiada Kufitrahkan padamu agar engkau tunduk kepada ilmu pengetahuan, tiada pula kau Kudididik agar berdiri di depan pintu-pintu selain pintuKu. Tiada pula Aku mengambil kawan duduk semajelis agar engkau mengajukan permohonan padaKu untuk duduk bersama selainKu.

Hendaklah engkau ketahui siapa engkau. Pengetahuan tentang dirimu adalahperaturan yang tidak akan roboh, dan suatau ketenangan bagimu yang tak akan lenyap.

“Engkau adalah hambaKu” Baca lebih lanjut

By Jumardin Akas

senyum pagi

Kini aku ingat pasti tarikan napas pertama disadarku tiap pagi

Saat dunia terasa benar-benar hidup melebihi jantung dan nadiku

Detik itu sempurna. Aku merasa telah paripurna. Hidupku lupa pada kenyataan yang akan punah

Aku ingat pasti lengkungan bibir mungil tiap kenyataan menrangkul pagiku

Saat semuanya tiba-tiba merekah, serasa bunga yang menusuk ingatan akan wanginya

Ohhh tuhan.. Bagaimana kulalui pagi selanjutnya tanpa senyum dari bibir mungil itu?

By Jumardin Akas